Selasa, 14 Juli 2009

Awalnya dari Infeksi Gigi ...

Infeksi gigi, pintu gerbang penyakit sistemik.


Suatu hari seorang montir dengan bengkak di dada datang memeriksakan diri pada Dr Tengku Bahdar Johan SpPD. Setelah ditelusuri ternyata pria tersebut mengalami gangguan pada geraham belakangnya.

Sebuah lubang kecil di gigi geraham menyebabkan bakteri menyebar ke bagian dada lelaki itu. Saat di lakukan tindakan, pada bagian dadanya sudah terdapat banyak tumpukan nanah.

Banyak yang mengatakan bahwa gigi merupakan bagian terkuat dari tubuh manusia. Namun, gigi juga merupakan salah satu pintu masuk paling efektif dari bakteri untuk memberikan pengaruh pada penyakit sistemik. Penyakit endocarditis (radang klep jantung), abses pada otak, pneumonia pada paru, biduran pada kulit, celulitis pada kulit, osteomielitis dan radang implan sendi pada tulang merupakan penyakit sistemik yang pada mulanya diawali dari infeksi gigi dan gusi.

Tiga cara
''Pada tes hs-CRP (high-sensitivity CRP) yang dilakukan orang yang terkena serangan jantung ternyata penyebab paling tinggi adalah kiriman dari gigi atau gusi,'' ujar Bahdar.

Bakteri yang timbul dari infeksi bagian rongga mulut tersebut, mampu menyebar dengan tiga cara. Pertama dengan cara perkontaniatum atau penyebaran kuman bakteri lewat jarangan lunak.

Kedua, melalui droplet atau inhalasi. Pada gigi atau gusi yang terinfeksi bakteri akan muncul dari rongga mulut si penderita, lalu ketika dia batuk dan menghirup udara pada saat yang bersamaan, maka bakteri tersebut berpindah dari mulut dan masuk melalui hidung. ''Biasanya dengan cara ini penyakit yang terpengaruh adalah pneumonia,'' ujar dokter dari RS Internasional Bintaro ini.

Cara yang ketiga adalah melalui aliran darah. Gusi yang terinfeksi atau gigi yang berlubang akan memberikan celah pada bakteri untuk masuk melalui peredaran darah.

Gigi dan gusi yang mengalami infeksi juga menyebabkan tubuh mengeluarkan mediator radang yang disebut sitokin pada bagian tubuh yang terpapar oleh bakteri. Ketika sitokin muncul, fungsi pembuluh darah akan mekar dan memungkinkan aliran darah dan oksigen lebih tinggi agar proses penyembuhan bisa lebih cepat terjadi. Masalahnya, sitokin ini juga yang kemudian menyebabkan peradangan pada paru (melalui cara droplet), regulasi darah terganggu, dan peradangan pada plak pembuluh darah.

Jenis gangguan yang disebutkan terakhir merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan jantung dan stroke. Sitokin yang terbawa lewat peredaran darah tersebut akan menyebabkan peradangan pada plak yang sudah ada di dalam tubuh.

Plak yang mengalami peradangan akan lama kelamaan akan melepaskan komponennya. Pada saluran darah yang lebih sempit komponen tersebut akan menyebabkan penyumbatan. ''Jika mengalir pada jantung akan menyebabkan serangan jantung, dan bila menuju otak akan terjadi stroke,'' ujar Bahdar.

Konsumsi gula
Berdasarkan data dari Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) jumlah konsumsi gula nasional meningkat setiap tahunnya. Pada 2002 tercatat masyarakat Indonesia mengonsumsi gula sebanyak 3,3 juta ton. Dari tahun ke tahun peningkatan konsumsi gula terjadi secara teratur dengan laju kenaikan 4,2 persen setiap tahunnya. Sehingga data terakhir di tahun 2009, konsumsi gula nasional menjadi 4,85 juta ton.

Dengan konsumsi yang tinggi tersebut, ternyata kesadaran masyarakat Indonesia tentang perawatan gigi juga sangat minim. Dari data yang dihimpun oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001, menunjukkan bahwa 61,5 persen penduduk tidak menyikat gigi sesuai anjuran, dan 16,6 persen penduduk bahkan tidak menyikat gigi sama sekali. ''Padahal mengonsumsi makanan manis yang tidak diimbangi dengan perawatan gigi yang baik bisa memicu gejala dini gigi berlubang,'' ujar Drg Tri Erri Astoeti MKes.

Bentuk gula yang dapat merusak gigi, jelas Erri, adalah sukrosa (golongan glukosa yang cepat diubah menjadi asam oleh mikroba dalam mulut) seperti gula pasir atau pemanis untuk cokelat, permen atau kue. Sedangkan gula alami seperti glukosa (buah-buahan, madu, sirup jagung), fruktosa atau laktosa tidak memberikan dampak yang signifikan pada gigi.
Pada jenis sukrosa ini apabila tidak segera dibersihkan maka akan membuat kadar asam dalam mulut menjadi tidak stabil. Keadaaan asam dalam rongga mulut terjadi jika kadar ph berada di bawah 7 dan akan bersifat merusak jika berada pada ph 5,7.

Konsumsi gula yang banyak dapat menyebabkan kondisi ph senilai 5,7 di dalam rongga mulut terjadi dalam waktu dua menit saja. ''Jika tidak segera dibersihkan, maka asam ini akan membentuk titik-titik rawan yang merupakan cikal bakal gigi berlubang,'' ujar Wakil Dekan IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti ini.

Saat gigi sudah berlubang maka jalur bagi bakteri dan kuman untuk menyebar ke seluruh tubuh akan terbuka. Hal ini memicu terjadinya beragam penyakit sistemik. Tapi selain itu, gigi berlubang atau karies pada ibu hamil juga memberikan pengaruh besar pada janin yang dikandungnya.

Kuman yang menyebar lewat gigi berlubang itu akan mudah menginfeksi janin yang belum memiliki sistem imun sempurna. Bayi yang dilahirkan nantinya akan memiliki berat badan yang cenderung lebih kecil sehingga rentan terhadap penyakit. Kuman juga bisa menginfeksi selaput ketuban yang menyebabkan pecah sebelum waktunya. ''Wanita hamil dengan penyakit gusi yang para mempunyai kecenderungan tujuh kali memiliki bayi prematur,'' ujar Erri. kim



Merawat Gigi dengan Benar

* Gosok gigi selesai makan dan sebelum tidur, biasakan juga sejak dini pada anak.
* Bila anak belum bergigi, masukkan sikat gigi kecil agar ia tidak takut pada sikat gigi.
* Jika anak belum bisa menggunakan sikat gigi, bantulah membersihkan gigi dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat yang matang.
* Menggosok gigi tepat waktu merupakan kunci penting pada pertumbuhan si kecil. Jika pada usia dini dia sudah mempunyai infeksi gigi maka energi tubuhnya akan lebih banyak digunakan untuk berperang melawan kuman sehingga energi untuk pertumbuhannya akan berkurang.
* Selalu mengunyah di dua sisi. Pada saat mengunyah air liur akan terbentuk, saliva atau air liur ini sangat penting untuk menjaga kestabilan bakteri di rongga mulut. Mengunyah hanya di satu sisi menyebabkan pada sisi yang lain akan banyak timbul plak lalu berubah menjadi karang gigi. Ini memicu terjadinya gigi berlubang. kim

(-)

sumber: republika

2 komentar:

  1. Ya memang kalo ditelaah lebih dalam memang mengerikan ya maka dari itu kita rajin jaga kebersihan mulut dan rajin gososk gigi sekalipun itu aja belum cukup karena banyak faktor2 lain ya ! Ok deh salam kenal ya sekalian aku BW

    BalasHapus
  2. Wah....ketemu juga nih dengan sohib lama.
    Hallo Zunly, artikelnya bagus dan bermanfaat.
    Qu juga sangat menyukai dunia kesehatan, so...qu punya masalah dengan gigi nich!
    terus terang qu sering banget yang namanya sakit gigi, sungguh....sungguh menyakitkan.
    Dah bolak-balik ke dokter gigi tapi...masih sering kambuh. kumaha atuh....

    BalasHapus