Kamis, 28 Mei 2009

Tips Menghindari Malpraktek Dokter

Sekarang ini sudah makin marak pemberitaan di media massa tentang kasus-kasus malpraktek. Hal ini bukanlah kasus malpraktek biasa, tapi kasus-kasus mengejutkan yang ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga Amerika Serikat yang adalah salah satu negara maju dan “super power”. Di bawah ini beberapa artikel menarik yang memuat tentang malpraktek di Indonesia maupun di Amerika Serikat:

· Mengapa Para Dokter 9 Ribu Kali Bisa Membunuh Anda Dibandingkan Pemilik Senjata Api

· Para Dokter Merupakan Penyebab Kematian Utama ke 3 di Amerika Serikat – 250 Ribu Jiwa Meninggal per Tahunnya

· Dokter ”Kejar Setoran” Memicu Malpraktek

Saya percaya Anda tidak ingin kasus malpraktek dokter menimpa keluarga, sahabat, orang lain yang Anda kasihi, atau bahkan Anda sendiri. Pasien sudah cukup menderita dengan penyakit yang dideritanya, dan adalah harapan pasien untuk jangan sampai ada penderitaan tambahan oleh karena malpraktek. Ini sama saja dengan “sudah jatuh tertimpa tangga”. Kerugian atau penderitaan karena malpaktek bukan hanya rugi di segi waktu, uang dan energi dimasa sekarang saja, tapi lebih dari itu, pasien bisa kehilangan masa depan atau nyawanya!!

Jika hal ini telah terjadi, penyesalan akan muncul belakangan dan kita pun tidak bisa kembali lagi ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang ada, karena waktu tidak bisa diputar mundur. Inilah yang terjadi di keluarga dan beberapa teman di sekitar saya. Sudah cukup saya melihat tangis dan penderitaan orang-orang yang saya kasihi. Malpraktek menimbulkan rasa sakit yang mendalam di hati saya, dan bukankah itu juga yang Anda rasakan.

Untuk menghindari terjadinya malpraktek pada kasus Anda atau orang lain yang Anda kasihi, berikut tips dari pengalaman saya pribadi yang bisa Anda terapkan dengan muda (walaupun rumah sakit berstandar internasional, tetaplah lakukan tips ini!!!).

1. Cek Infus, Pengobatan, dan Diet Yang Diberikan oleh Pihak Rumah Sakit

JIka Anda atau kenalan Anda di rawat inap, catat merk & jenis infus, obat, dan diet yang diberikan pihak rumah sakit. Setelah itu carilah info mengenai apa yang Anda catat tadi, di internet lewat Search Engine Google. Cermati info yang Anda dapat dari internet dan bandingkan dengan kondisi sakit yang pasien hadapi.

Seringkali pasien percaya begitu saja dengan apa yang diberikan oleh dokter atau pihak rumah sakit tanpa cek ulang. Bisa dimaklumi karena pasien tdak paham sama sekali mengenai pengobatan. Beberapa kali saya mendapati kenalan, teman, atau kerabat saya sering diberikan infus, obat dan diet yang salah.

Ada jutaan obat dipakai oleh dokter dan tidak mungkin kita bisa menghafal manfaat, pengaruh dan efek sampingnya. Oleh karena itu, adalah tindakan yang cukup cerdik jika kita memakai fasilitas internet untuk mengetahui tentang obat-obatan yang diberikan kepada pasien.

Sebagai contoh, saya ceritakan kasus yang terjadi pada Ibu saya sendiri 2 tahun yang lalu. Ibu menderita kanker payudara, hipertensi, dan asma. Usia beliau 48 tahun. Ketika dirawat di rumah sakit, beliau diberikan cairan infus, Sodium Chloride, yaitu garam murni yang sangat tidak cocok untuk hipertensi. Beliau juga diberikan obat antibiotik yang tidak cocok dengan kondisi beliau saat itu. Yang paling kacau adalah, untuk minum sehari-hari beliau diberikan sirup manis, bukannya air putih. Kondisi Ibu makin memburuk dan dokter memutuskan untuk menjalankan kemoterapi. Saya yang pada waktu itu masih di luar kota, langsung bergegas pergi untuk melihat keadaan beliau.

Sungguh memprihatinkan, beliau saya temui dalam kondisi tidak bisa bergerak kemana-mana, selalu sesak nafas, sakit kepala, badan bengkak penuh cairan dan selalu diberikan oksigen. Saya cek perawatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dan saya dapati pihak rumah sakit telah memberikan perawatan yang salah.

Saya melarang keluarga untuk melanjutkan saran-saran dari rumah sakit dan meminta mereka untuk sesegera mungkin memulangkan beliau. Keluarga pun menuruti saran saya dan Ibu bisa segera pulih dari semua kondisi tadi hanya dalam waktu seminggu.

Jika Anda mengalami kesulitan dalam hal pengecekan ketepatan pemberian infus, obat, dan diet yang diberikan oleh Rumah Sakit, saya bersedia membantu melalui telepon (08174745269) atau email (healindonesia@gmail.com). Dalam hal ini Anda tidak perlu membayar apapun.

2. Cari Pendapat Kedua bahkan Ketiga, Jangan Berikan Kepercayaan 100% pada Dokter

Setiap orang tentu memiliki pendapat yang berbeda, begitu juga dengan dokter. Mereka memiliki pengalaman, ilmu, dan terlebih lagi hati nurani yang berbeda. Semua perbedaan ini bisa jadi bahan pertimbangan yang baik bagi Anda. Jika perbedaan pendapat antara dokter yang satu dengan yang lain makin lebar, sadarlah berarti Anda tidak jauh dari kasus malpraktek. berarti Anda harus memilih salah satu dari saran mereka, atau tidak sama sekali.

3. Jika Memungkinkan Cari Dokter yang Anda Kenal Baik Karakternya

Apakah Anda rela jika Anda atau keluarga Anda ditangani oleh dokter yang hanya peduli untuk mengejar setoran? Apa Anda juga rela jika Anda tahu dokter tersebut cuek dan tidak memperhatikan pasiennya dengan baik? Apa Anda suka mendapatkan dokter yang sangat jarang bertanya keluhan Anda, apa yang Anda rasakan dan paling parah, tidak mau menyentuh Anda, seolah-olah najis. Yang menyentuh Anda justru hanya perawatnya saja.

Jika Anda mendapat sikap atau perlakuan demikian, cepat-cepatlah “kabur” dan cari dokter atau rumah sakit lainnya. Ingat, kerugian atau penderitaan karena malpaktek bukan hanya rugi di waktu, uang dan energi dimasa sekarang saja, tapi lebih dari itu, Anda bisa kehilangan masa depan atau nyawa!!

4. Dapatkan Dokter dari Rekomendasi Orang Terpercaya

Ini adalah cara yang bijaksana. Tanyakan orang lain yang Anda kenal dan percaya, untuk mendapatkan referensi dokter yang baik bagi Anda. Ini akan mengurangi resiko malpraktek karena teman Anda sudah “mengalami” dokter yang dia rekomendasikan tersebut. Pelanggan yang tidak puas pasti tidak akan mengatakan sebaliknya tentang pelayanan yang buruk.

5. Waspadai Politik Informasi Tertutup

Jika dokter dan perawat tidak pernah menjelaskan kepada Anda rencana pengobatan mereka, apa dan untuk apa pengobatan itu, dan juga tidak memperbolehkan Anda dan keluarga melihat hasil lab, Anda HARUS SESEGERA MUNGKIN langsung cabut dari rumah sakit itu. Jangan sampai kasus malpraktek di RS OMNI Alam Sutra terjadi pada Anda.

Ada berjuta-berjuta jiwa telah mengalami kasus malpraktek, baik kasus ringan yang membuat penyakit makin parah sampai dengan kasus yang mengakibatkan kematian. Saya percaya beberapa dari Anda sudah pernah mengalami atau melihat orang yang menjadi korban malpraktek, bukan?!


“Knowledge is power and the truth will set us free.” Karena tidak tahu arah, seseorang bisa tersesat. Karena kurang pendidikan, seseorang dibodohi oleh yang lebih pintar. Dan karena tidak mengerti kesehatan dan sistem kesehatan konvensional, seseorang jadi korban malpraktek.

sumber: www.healindonesia.wordpress.com


1 komentar:

  1. Prihatin atas Kriminalisasi Pasien oleh RS Omni International Alam Sutera.

    Terus terang kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas kriminalisasi pasien yang dilakukan oleh Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera. Apapun alasan kriminalisasi terhadap pasien tersebut, entah itu (terutama) melalui jalur pencemaran nama baik atau pun alasan lainnya, dipastikan akan menjadi bumerang yang sangat buruk bagi rumah sakit tersebut.

    Seperti diketahui, Prita Mulyasari (32) warga Villa Melati Residence Serpong, Tangerang Selatan yang memiliki anak masing-masing 3 tahun dan 1 tahun 3 bulan mengeluh atas pelayanan Rumah Sakit Omni International Alam Sutera (dikelola oleh PT Sarana Mediatama International).

    Keluhan Prita sebenarnya adalah pengalaman pribadinya sendiri ketika berobat di rumah sakit internasional tersebut. Namun karena merasa dipingpong dan tidak mendapat jawaban yang memuaskan soal penyakitnya, Prita kemudian mengirimkan email kepada sahabatnya, yang kemudian menyebar luas di berbagai mailing list.

    Pihak rumah sakit rupanya marah dan mengadukan masalah ini kepada pihak yang berwajib. Akibatnya Prita yang masih menyusui anaknya itu dijebloskan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Tangerang, sejak pertengahan Mei 2009.

    Pertanyannya, pantaskan rumah sakit mengadukan pasiennya, padahal dia mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari pasien ? Bukanlah jika keluhan kecil dari Prita jika ditanggapi secara professional, tidak akan menimbulkan keluhan yang lebih besar ? Bukankah respon yang dilakukan oleh pihak RS Omni Internasional bisa merusak citra rumah sakit secara keseluruhan ?

    Kami salut dan memberikan penghargaan yang baik terhadap Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) dan Dewan Pers yang mengangap bahwa penanganan RS Omni International Alam Sutera terhadap keluhan Prita terlalu berlebihan. Mudah-mudahan, kasus yang buruk seperti ini hanya yang pertama dan yang terakhir yang dilakukan oleh rumah sakit.

    Pada kesempatan yan baik ini kami menghimbau agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari untuk turun tangan menangani persoalan rakyat ini. Bahkan jika perlu, para aktifis konsumen, aktifis perempuan dan anak, serta lembaga bantuan hukum untuk rakyat segera melakukan koordinasi dan komunike bersama untuk menuntaskan persoalan ini secara lebih adil dan lebih beradab.


    Barata Nagaria
    Koordinator
    Solidaritas Anti Kriminalisasi Pasien Indonesia (SAKPI)
    http://anti-kriminal.blogspot.com
    email : barata.nagaria@yahoo.co.id

    BalasHapus