Rabu, 18 Maret 2009

ASI Vs Susu Formula



Memang tidak fair untuk membandingkan kedua jenis susu ini. Karena tentunya semua orang juga sudah tahu kalau ASI akan lebih segala-galanya. Kandungan-kandungan zat yang terdapat pada ASI tidak bisa digantikan dengan susu sapi ini. ASI mempunyai zat yang memang dibutuhkan oleh bayi, mulai untuk kecerdasan seperti omega 3, AADHA, sampai zat-zat untuk kekebalan tubuh yang melindungi dan langsung melawan penyakit yang datang menghampiri bayi. Tidak mengherankan jika anak anda jarang mengalami sakit kalau diberikan ASI.

Air susu ibu yang memiliki bayi prematur mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi-bayi prematur yang diberi ASI dan mereka memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan. Selain itu, mereka juga mempunyai banyak sekali kelebihan lainnya.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan para ilmuwan Universitas Bristol mengungkap bahwa di antara manfaat ASI jangka panjang adalah dampak baiknya terhadap tekanan darah, yang dengannya tingkat bahaya serangan jantung dapat dikurangi. Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan yang diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran Circulation, bayi yang diberi ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung. Telah diungkap bahwa keberadaan asam-asam lemak tak jenuh berantai panjang (yang mencegah pengerasan pembuluh arteri), serta fakta bahwa bayi yang diberi ASI menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan tekanan darah) yang dengannya tidak mengalami penambahan berat badan berlebihan, merupakan beberapa di antara manfaat ASI bagi jantung.(www.harunyahya.com). Bagitu banyaknya manfaat ASI sehingga lagi-lagi memang tidak fair, jika membandingkan ASI dengan Susu formula.

Yang menjadi persoalaan sebenarnya, bukan ketidaktahuan para ibu tentang kandungan gizi yang ada pada ASI. Tapi lebih kepada kesadaran untuk memberikan ASI secara eksklusif bahkan sampai dengan usia anak 2 tahun. Mengapa demikian??karena berbagai alasan seperti karena alasan kesibukan sang ibu, alasan ASI yang kurang dan lain sebagainya. Sehingga dengan mudah seorang ibu akan mengganti ASI dengan susu formula yang jelas-jelas merupakan susu sapi dan bukan susu manusia dengan tingkat kadar gizi yang tidak sebanding dengan ASI.

ASI eksklusif bagi Ibu yang bekerja

Sebenarnya tidak ada alasan untuk seorang ibu untuk tidak memberikan ASInya. Kasian jika seorang anak sampai tidak merasakan ASI dari ibunya. Karena ASI juga mempunyai manfaat jangka panjang bagi kehidupan anak ketika dewasa nanti. Bagi ibu bekerja sebenarnya bukan satu alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada anak. Ingat lo bu..ASI itu hak anak, jadi harus diberikan. Jangan sampai nanti anaknya menggugat ke komnas HAM karena tidak diberikan ASI. Astaghfirullah…insyaallah nggak yaa..??masak anak mau menggugat ibunya sendiri. Jadi, meskipun ibu harus bekerja, tetapi bukan menjadi penghalang untuk memberikan ASInya. Semua bisa disiasati. Ibu bisa memeras ASI setiap akan pergi bekerja. Memang pada awalnya akan susah. Tetapi kalau kita mau berusaha dan memprioritaskan itu, insyaallah itu tidak akan sulit. Pengalaman saya sendiri, setiap akan keluar rumah selalu memeras susu untuk anak sesuai kebutuhan anak. Pada awalnya memang hanya keluar sedikit 25 cc, tapi karena terbiasa diperas, maka ASI akan keluar sesuai kebutuhan. ASI bisa di simpan di kulkas dan bisa bertahan sampai delapan jam. Sedangkan ASI yang di simpan di freezer bisa bertahan sampai 2-3 bulan. Jadi kalaupun ibu harus dinas keluar kota sampai berhari-berhari, tetap masih bisa memberikan ASInya untuk anak. Meskipun ASI sudah dimasukkan dalam kulkas dan kandungan gizinya tidak seperti ASI langsung tetapi tetap lebih baik jika dibandingkan dengan susu formula. Sebenarnya semua ini terletak pada kemauan ibu. Banyak ibu yang tidak mau susah-susah memeras ASI, karena membutuhkan waktu dan tenaga, tetapi semua itu akan terbayar sebenarnya dengan melihat anaknya sehat dikemudian hari.

Banyak juga ibu yang mengeluh ASInya tidak banyak keluar. Padahal ASI itu keluar sesuai kebutuhan bayi hanya 1/1000 ibu yang mengalami hal tersebut. Artinya sebagian besar ibu sebenarnya dapat memberikan ASI eksklusifnya. Makanan yang dimakan ibu memang sangat berpengaruh pada banyaknya ASI. Oleh karena itu, ibu menyusui memang harus banyak memakan sayuran dan buah-buahan untuk memancing keluarnya ASI.

Susu formula : solusi terakhir??

Susu formula sebenarnya menjadi solusi bagi ibu yang benar-benar tidak bisa memberikan ASInya. Artinya, susu formula hanya bisa diberikan ketika sudah tidak ada alternatif lain. Ketika seorang ibu bermasalah dengan ASInya langkah yang harus ditempuh berikutnya sebenarnya adalah mencari orang lain yang bisa memberikan ASInya untuk anaknya (menyusukan kepada orang lain). Sebagai orang muslim, hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw yang juga disusui oleh Halimatus Sa’diyah. Menyusukan kepada orang lain menjadi alternatif kedua ketika seorang ibu mempunyai masalah untuk memberikan ASInya dari pada harus memberikan susu formula pada anak. Saat ini (mulai tahun 2007) AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) juga menfasilitasi bagi ibu yang ingin membutuhkan donor ASI dan sebaliknya ibu yang ingin mendonorkan ASInya. AIMI akan mempertemukan pendonor dan orang yang membutuhkan donor ASI. Hal ini karena kesadaran ibu untuk memberikan ASInya semakin meningkat meskipun hal ini tidak sebanding dengan gencarnya iklan-iklan susu formula yang ada di media.

Apa yang dilakukan AIMI memang suatu bentuk kemajuan, apalagi jika melihat para anggota yang tergabung dalam AIMI adalah para ibu bekerja tetapi masih bisa memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Hal ini tentunya memberikan motivasi kepada ibu-ibu yang lain untuk memberikan ASI eksklusif.

Saat ini, kebanyakan dari para ibu memang mudah untuk memberikan susu formula. Karena susu formula memang sangat mudah ditemui dan di dapatkan, bahkan di warung-warung yang kecil. Tidak hanya praktis, susu formula juga sudah dikemas dalam berbagai jenis dan rasa, sehingga sangat menarik bagi anak (padahal dengan variasi rasa, gizi yang terkandung dalam susu formula juga akan semakin hilang). Apalagi harga susu formula juga bervariasi, bisa disesuaikan dengan kantong keluarga. Sehingga dengan mudah ibu mengganti ASInya dengan susu formula tanpa berusaha terlebih dahulu untuk memberi ASI ataupun mencari donor ASI. Jadi sebenarnya susu formula menjadi solusi terakhir dan dalam kondisi yang betul-betul darurat, jika ibu betul-betul tidak bisa memberikan ASInya dan tidak mendapatkan donor ASI.

Orang tua juga harus bisa bersifat kritis terhadap dokter. Tanpa bermaksud meragukan kapasitas dokter. Tetapi banyak sekali dokter yang tidak merekomendasikan ASI dan memprioritaskan pemberian ASI. Tidak heran jika dalam suatu klinik bersalin ataupun rumah sakit, seringkali ada kerjasama antara pihak rumah sakit atau klinik dengan suatu produsen susu terntentu. Untuk itu, lebih baik jika para orang tua lebih hati-hati dalam memilih klinik atau rumah sakit, karena ternyata beberapa rumah sakit menjadikan “ajang bisnis” dengan mempromosikan merk susu tertentu secara tidak langsung. Banyak sekali rumah sakit yang memberikan susu formula sesaat setelah bayi dilahirkan tanpa izin terlebih dahulu dengan orang tua sang bayi. Padahal menurut beberapa pakar kedokteran, bayi yang baru dilahirkan mempunyai kekuatan meskipun tidak diberikan susRata Penuhu selama 3 hari. Hal ini tentunya harus menjadikan orang tua kritis dan berhati-hati dengan dunia medis, karena dalam dunia medispun sendiri ternyata banyak sekali perbedaan dan pertentangan pendapat. Sehingga orang-orang awam yang notabene adalah pasien yang tidak pernah tahu menahu persoalan medis seringkali menjadi korban. Disini sebenarnya teori Michel Foucault tentang kekuasaan dan pengetahuan menjadi sangat relevan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar