Rabu, 18 Maret 2009

STOP Antibiotik untuk anak


Belum ada satu bulan anakku baru sembuh dari panas, batuk dan pilek, kemudian anakku sakit diare…apa ada yang salah dengan makananku yaa..seingatku tidak ada, aku memang orang yang cukup berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, apalagi saat itu masih memberikan asi eksklusif untuk anakku. Selama tiga hari diare yang menyerang belum juga sembuh akhirnya aku dan suami membawanya ke dokter spesialis anak disebuah rumah sakit swasta yang sangat terkenal di kota Yogyakarta. Pagi itu dokter yng menangani anakku memberikan obat-obatan dan infuse untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare. Saat kami konfirmasi, obat apakah yang diberikan pada anakku, dokter tidak mau menjelaskan, dan terkesan tidak komunikatif, padahal dokter ini bergelar profesor. Gelar memang tidak menjamin orang untuk bisa diajak komunikasi dengan baik. Sehari setelah itu, anakku bisa di bawa pulang, karena aku merasa bisa dirawat dirumah. Ketika aku tanya sama perawat tentang obat yng diberikan, perawat menjawab, anakku diberikan antibiotik. Rasanya meledak dadaku mendengar perawat memberikan obat antibiotik pada anakku. Begitu mudahkah seorang dokter memberikan antibiotic pada anak??? Karena pada sakit sebelumnya, tanpa aku tahu dokter juga telah memberikan antibiotik pada anakku dan akhirnya anakku kembali sakit (diare) ..

Cerita diatas memang menjadi pelajaran untuk semua ibu-ibu, agar lebih berhati-hati ketika membawa anaknya berobat ke dokter. Banyak-banyaklah bertanya tentang resep-resep yang diberikan oleh dokter ataupun tentang penyakit serta penyebabnya anak secara mendetail. Sehingga dapat dipastikan obat yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak. Sayangnya tidak semua dokter bisa diajak untuk berkomunikasi dengan baik. Padahal peran dokter tidak hanya memberikan resep, tetapi lebih dari itu memberikan informasi yang baik dan benar tentang penyakit yang di derita.

Pemberian antibiotik memang tidak boleh sembarangan. Tidak semua sakit butuh antibiotik. Pemberian antibiotik yang tidak dibutuhkan malah akan menjadi boomerang bagi badan. Apalagi ternyata penyakit-penyakit yang biasa menderita anak sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diberi obat kimia. Memang sebagai orang tua kita selalu khawatir dengan penyakit yang menyerang pada anak-anak. Tetapi kepanikan hanya akan memberikan kondisi yang tidak lebih baik.

Setelah kejadian itu, aku berjanji untuk lebih berhati-hati ketika membawa anak ke dokter dan berusaha menangani kondisi sakit anak sendiri terlebh dahulu, serta tidak dengan mudah memberikan obat-obatan kimia pada anak.

Beberapa bulan kemudian anakku sakit lagi, aku mencoba menangani sendiri tanpa dokter dan obat kimia. Saat itu anakku sakit panas, dan mulai batuk. Aku memberikan kunyit dan sedikit kencur yang diparut dan diambil airnya, kuberikan 3x sehari tiga sendok. Untuk panasnya ku berikan bawang merah yang di tumbuk dan ditaruh di dahi. Alhamdulillah dua hari setelah itu sembuh. Setelah itu dia juga jarang sekali sakit. Ternyata resep tradisional bener-bener ampuh untuk mengobati sakit anakku. Semenjak itu, aku tidak pernah lupa untuk punya persediaan kunyit, jahe, kencur dan sejenisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar